ACEH VS PAPUA DI FINAL PON SEPAK BOLA, SEBUAH SEJARAH YANG TERULANG!
Semua masih terekam baik di memori saya.
Hari itu kamis tgl 16 September di tahun 1993, 28 tahun silam, saya masih mahasiswa semeseter 4 di kota semarang, lagi sedang menuju ke Kampus Panser . Tidak sengaja ada seorang pedangang loper koran di jln tugu muda lihat saya orang irian lewat, mas ini paksa saya beli karena ada berita Irian jaya menuju final sepak bola, besok lawan Aceh di Jakarta, katanya. Saya tarik koran itu, lihat sepintas Judul Headline di harian suara merdeka itu : Irian jaya vs Aceh menuju final, Sabtu 18 September, di senayan, Jakarta.
Saya belum tahu Jakarta, tapi ini Irian yang main. Saya balik badan ke kost. Menyimpan tas, langsung menuju stasiun kereta api, srondol degan kereta ekonomi menuju Jakarta. Pengalaman pertama naik kereta walupun sudah tiga tahun di tanah Jawa. Tancap gas. Saya bolos kuliah hari kamis, jumat dan sabtu. Yang ada di otak menuju senayan. Ini sepak bola, saya hoby, saya selalu merasa diri ini sebagi pemain bola yang lahir di waktu yang salah. Tiga hari itu saya tinggalkan kuliah. Hal yang saya tidak pernah lakukan, kalau bukan sepak bola sakit juga saya pasti usahakan selalu di ruang kelas.
Dalam kereta melelahkan, 25 jam sebelum tiba di senayan. Saya teringat kembali semua tetang sepak bola irian. Saat itu Persipura lagi turun kasta lefel nasional dari Divisi utama ke divisi satu. Magnet sepak bola Nasional bukan lagi tanah Irian. Persipura hanya tinggal lagu di kaset black broter. Orang Papua itu merasa harga diri ada di sepak bola. Dalam kereta itu, saya fikir final PON ini kesempatan utk angkat nama Irian. Jangankan Emas, sekalipun dagan medali perak, biar sudah. Tapi kalau raih emas, itu persipura akan bangkit kembali. Saya habis oeryandingan final, akan pulang ke semarang dgn kepala tegak.
Kembali ke final PON 1993, Setelah 25 jam yang melelahkan itu akhirnya saya sampai di senayan, menuju arena offisial, Yagn saya kaget, Kepala pelatih ini ternyata orang Irian: Festus Yom, tidak seperri yang saya bayangkan sebelumnya. Saya kira pelatihnya orang barat atau amber. Yang unik, palatih ini orang tua yang sangat santai. Sambil makan pinang pelatih ini jawab semua pertanyaan wartawan, degan penuh taktis. Dia memberi arahan sebelum bertanding. Saya lihat diantara para pemain ada Cris Leo Yarangga yg adik kelas saat SMA Gabungan jayapura. Memang Chris hebat dalam tendangan kerasnya fist-time yang terukur. Ada banyak pemain lain yg saya tidak kenal, kemungkinan kaka Edu yg sekarang pelatih kepala PS Papua juga ada di situ.
Beberapa saat, pertandingan sudah mulai, jual beli serangan anatara Aceh dan Irian terjadi. Tiada yg mau mengalah, pertandingan keras, saling menjatuhkan lawan. Banyak yg bilang ini terasa seperti partarungan antara OPM Papua dan GAM Aceh
Memasuki babak ke dua, pelatih Festus terapkan strategi bola-bola pendek ala Brasil. Pertandingan menegangkan itu akhirnya dimenangkan Irian Jaya, semua sorak sorai, larut dalam kemenangan.
Dari gol2 yg tercipta itu, satu yg sulit dilupakan adalah gol pantat David Saidui. David degan skillnya yg memukau sejuta mata penonton, Saidui berhasil melewati tiga pemain belakang. Dengan Solo run ia lewati semua, terakhir tinggal berhadapan sang kiper Aceh, disini David tinggal eksekusi, sodorkan bola di pojok gawang sampir kiper yang terbuka, selesai. Tapi itu ia tidak lakukan, malah ia memilih memperdayai kiper duluh, caranya degan bola lewati dgn putar badan sedikit dan david dan bola sdh depan gawan garis gawang. Kiper Aceh terkecoh degan aksi indahnya itu. David tidak juga sgr masukan bola, prnontong hati dug-dag. David sekejap tahan bola tepat di atas garis putih yg ada di bawah mistar gawang, kemudian duduk di atas bola dan sodorkan dengan pantat ke dalam jaring gawang. Bola gooll!
Entah apa yang ada di otak seorang david saidui, dia bangga atau menghina, kita semua tdk tahu. Saat itulah baru muncul istilah gol pantat. Koran2 di nasional kompas, jawa pos, suara merdeka, fikiran rakyat serta Warta kota menulis seputaran gol unik gol pantat sebagai headline.
Sejak Chris Leo, David CS angkat medali emas tahu 1994, Sepak bola papua bangkit kembali. Semua pemain pon termasuk Eduard Ifakdalam menjadi pemain Persipura. Tanah Irian sebagai tanah sepak bola perlahan bangkit dan kini persipura sudah menjadi Jendral bintang empat. Kalaupun kalah ia tetap Jendral.
Demikian memori saat itu tahun 1992, kini sejarah Terulang di tahun 2021. ACEH VS PAPUA. Terulang setelah 28 tahun.
Duluh boleh kalah tapi kali ini Aceh tidak akan menyerah begitu saja. Semoga mereka sudah lupa gol pantat yg terhina itu. Kalaupun mereka lupa ini laga final, kan berjuang sampai titik darah habis. Dan kita harus ingat mereka punya mental menang perang. Orang Aceh itu pejuang sejati di mata penjajah, satu-satunya Wilayah di Nusantara yang tidak berhasil ditaklukan belanda selama 350 tahn.
Tapi kita optimis, di tangan kaka tuan Eduard Ifakdalam, semua akan mudah diatasi. Edu buman sembatang orang, Kesebelasan Papua kali ini lengkap, fisik bagus siap tempur seperti tim samba. Mulai dari kiper Pigai dan Cawor di depan. Kita akan saksikan kamis 24 okt 2021 di amndala. Kaka Edu akan redam senjata rencong Aceh degan tulang Kasuari.
Sepak POn Papua harus ukir sejarah. Medali Emas sbg Tuan rumah, tutup dengan kemengan sempurna, raih top scor dan yang paling indah dari tanah Papua akan terlahir pemain bertalenta utk tingkat asia dan fasifik. Kita tdk bicara tingkat indonesia.
Yang unik dari Tim sepak bola Pon XX, semua mua pemain kemapuan merata. Dan semua suku di Papua terwakili, bisa bina mental anak Papua pemain hebat, hal yg hanya bisa dilakukan Jackson Tiago. Maka Eduar Ifakdalam layak jadi pelatih Persipura berikut.
Selamat bertanding untuk tim Papua Ricky cawos cs. Sekalipun tidak terulang gol pantat, menangkan pertadingan ini, kawinkan degan medali emas putri. Sekali lagi, salam untuk kk tuan Edu Ifakdalam, the next tiago in the dream team, persipura.
Oleh Awikaituma Jr