Perspektif Iman
HUKUM TABUR DAN TUAI: PENDERITAAN, TETESAN AIR MATA, CUCURAN DARAH SERTA TULANG BELULANG RAKYAT PAPUA TELAH DIUBAH OLEH TUHAN MENJADI API BELERANG DAN BENCANA BESAR BAGI PARA PENGUASA KOLONIAL INDONESIA
Oleh Gembala Dr. Socratez Yoman
“TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja” (Keluaran 14:14).
” Hukum TABUR dan TUAI, siapa menanam kekerasan, kejahatan dan kekejaman yang merendahkan martabat kemanusiaan terhadap sesamanya selama ini, ia PASTI menuai badai malapeta dan bencana serta murka TUHAN. Ia dan keturunannya tidak akan selamat dari jerat-jerat maut dan murka TUHAN.”
Sebaliknya, ” Siapa menanam kebaikan, cinta kasih dan kedamaian serta menghormati martabat kemanusiaan sesamanya, ia dan keluarganya turun-temurun PASTI mendapat kasih, kemurahan dan berkat berlimpah-limpah dari TUHAN. Ia dan keluarganya terhindar dari malapetaka, bencana dan murka dari TUHAN. Mereka hidup selama-lamanya sebagai keluarga yang diberkati TUHAN.”
Ingat! “TUHAN telah mengubah penderitaan, tetesan air mata, cucuran darah, tulang belulang orang asli Papua sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang ini telah menjadi api belerang, murka yang dahsyat, bencana besar, malapeta yang mengerikan, musibah besar-besarakan yang akan dan terus menimpakan kepada penguasa kolonial Indonesia.”
Untuk menghindari dan selamatkan diri, keluarga dan anak cucu, dan selamatkan bangsa, langkah keberanian yang HARUS ditempuh penguasa kolonial Indonesia ialah pengakuan dosa, minta pengampunan dari Tuhan dan melepaskan rakyat dan bangsa West Papua untuk mengantur dirinya sendiri sebagai bangsa berdaulat dan akhirnya duduk bersama melakukan rekonsiliasi dan perdamaian sebagai dua bangsa merdeka dan bedaulat. Kalau langkah ini tidak ditempuh, maka Indonesia besar ini akan tinggal kenangan dalam catatan sejarah ke depan bahwa bangsa ini hancur lebur atau musnah karena kedegilan dan kekerasan hati para penguasa yang sombong, korup, jahat, kejam dan berwatak perampok.
Bangsa Indonesia sudah menjadi luka membusuk dan bernanah karena persoalan Papua.
“Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu tertutup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia.” (hal.255). “…kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab, sebagai bangsa yang biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata tajam.” (hal.257). (Sumber: Franz: Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme Bunga Rampai Etika Politik Aktual, 2015).
“Papua tetaplah luka benanah di Indonesia” (Pastor Frans Leishout: Gembala dan Guru Bagi Papua: 2020:601).
Ada beberapa pertanyaan penuntun untuk menggambarkan dengan jelas bagi para pembaca dari topik perspektif iman ini. Pertanyaan-pertanyaan panduannya sebagai berikut:
- Mengapa umat Tuhan, orang asli Papua selama ini memilih diam ketika ditangkap, disiksa, diperkosa, diadili, dipenjarakan, direndahkan martabat kemanusiaan dengan ungkapan rasisme dan ditembak mati, dan tanah dirampas, emas dan gas dirampok oleh penguasa Indonesia dengan moncong senjata?
- Mengapa umat Tuhan, orang asli Papua memilih berjuang dengan cara-cara damai, bermartabat dan terhormat untuk melawan mitos-mitos milik para kolonial Indonesia seperti: separatis, makar, opm, dan mitos baru kkb?
Penguasa Indonesia, TNI-Polri, para Hakim Indonesia yang datang dan menduduki dan menjajah rakyat dan bangsa West Papua sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang ini dengan segala perangkat hukum, undang-undang, peraturan, ideologi dan perlengkapan senjata yang menyebabkan penderitaan terlama dan terpanjang dalam sejarah Asia, bahkan dalam sejarah dunia.
Orang asli Papua ditangkap, disiksa dan diadili dan ditembak mati walaupun dalam posisinya benar sebagai pemilik Tanah pusaka Papua. Orang-orang asli Papua disalahkan dan dikalahkan walaupun berdiri pada posisi benar.
Di Tanah Papua, hukum Tuhan benar-benar diputarbalikan dan dimanipulasi oleh penguasa kolonial Indonesia, TNI-Polri dan para hakim kolonial. Pemerintahan Iblis dan Kerajaan Setan benar-benar dibangun dan didirikan oleh penguasa kolonial Indonesia di Tanah Papua.
Dari hati nurani saya selalu percaya bahwa semua umat manusia adalah baik tapi biasanya yang merusak pergaulan kita adalah berita-berita hoax yang diproduksi penguasa dan disiarkan terus-menerus di media-media utama yang dikontrol penguasa dan pengaruh penguasa yang tamak, jahat, pembohong, perampok, pembunuh yang merusak Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Para penguasa dan para jenderal yang kebanyakan pemimpin berjiwa atau watak paranoid dan hypocrisy sejak dulu merusak dan menciptakan bencana, murka TUHAN dan menghancurkan keluhuran hati nurani rakyat Indonesia.
Beberapa contoh Jendral dan orang sipil berwatak barbar, kriminal dan rasialis yang membawa seluruh rakyat dan bangsa Indonesia dalam jurang kebinasaan bangsa besar ini.
1 Jendral Abdul Mahmud Hendropriono
Pada 6 Juni 2021 mengaku bahwa pada saat di Seskoad pernah mengusulkan:
“Memindahkan sekitar 2 juta penduduk Irian Jaya dipindahkan ke Manado. Sebaliknya, orang-orang di Manado dipindahkan ke Papua.”
2 Jendral Ali Murtopo
“Kalau mau merdeka sebaiknya tanyakan pada Tuhan apakah dia bisa berbaik hati membesarkan pulau di tengah Samudra Pasifik supaya bisa bermigrasi ke sana. Bisa juga tulis orang Amerika. Mereka sudah menginjakkan kaki di bulan, mungkin mereka akan bersedia menyediakan tempat untuk Anda di sana. Anda yang berpikir untuk memilih menentang Indonesia harus berpikir lagi, karena jika Anda melakukannya, murka rakyat Indonesia akan menimpa Anda. Lidah Anda pasti akan dipotong dan mulut jahat Anda akan digoyak. Lalu aku, Jenderal Ali Murtopo, akan masuk dan menembakmu di tempat “(Sumber: SEE NO EVIL: New Zealand’s Betrayal of the people of West Papua: Maire Leadbeater: 2018: 154)
- Jenderal Binsar Luhut Panjaitan
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi isu kemunculan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) atau Gerakan Pembebasan Papua. Gerakan itu memfokuskan aksinya untuk bergabung dengan Melanesian Spearhead Group (MSG).
“Ya pergi saja mereka ke MSG sana, jangan tinggal di Indonesia lagi.” ( Kompas.com, Jumat, 19/2/2016).
- Ambroncius Nababan:
“Edodoeee pace. Vaksin ko bukan sinovac pace tapi ko pu sodara bilang vaksin rabies. Sa setuju pace.
Di gambar pak Natalis Pigai ditulis: “DRUN YOK KITA BELI VAKSIN COVID19 DARI LUAR NEGERI. PEMERINTAH PUNYA DIRAGUKAN.”
Digambar Golira/Monyet ditulis: “KAKA VAKSIN KITA BUKAN SINOVAC/PFIZER.VAKSIN KITA VAKSIN RABIES.”
Melihat dari gerakan RASISME dilakukan para Jendral secara kolektif di Indonesia ini lebih jahat dan berbahaya untuk keutuhan NKRI daripada gerakan separatisme di West Papua. Karena, RASISME adalah musuh Allah dan musuh seluruh umat manusia. Khususnya, penghinaan terhadap Natalis Pigai merupakan penghinaan terhadap martabat kemanusiaan seluruh orang asli Papua dan bangsa-bangsa kulit hitam di seluruh dunia dan juga penghinaan martabat seluruh umat manusia di planet ini. Penguasa Indonesia sedang memelihara dan melindungi para rasis yang mendukung separatisme dan kelompok kriminal berpikiran kotor (kkb) di pusat-pusat kekuasaan.
Gerakan rasisme ini memperlihatkan kejahatan Negara secara sistematis, terstruktur, terlembaga, masif dan kolektif dalam rangka proses pemusnahan etnis orang asli Papua. Dengan tepat alm Hermanus (Herman) Wayoi mengatakan:
“Pemerintah Indonesia hanya berupaya menguasai daerah ini, kemudian merencanakan pemusnahan Etnis Melanesia dan menggatinya dengan Etnis Melayu dari Indonesia. Hal ini terbukti dengan mendatangkan transmigrasi dari luar daerah dalam jumlah ribuan untuk mendiami lembah-lembah yang subur di Tanah Papua. Dua macam operasi yaitu Operasi Militer dan Operasi Transmigrasi menunjukkan indikasi yang tidak diragukan lagi dari maksud dan tujuan untuk menghilangkan Ras Melanesia di tanah ini…” (Sumber: Pemusnahan Etnis Melanesia: Memecah Kebisuan Sejarah Kekerasan Di Papua Barat: Yoman, 2007, hal. 143). Dikutip dari Makalah Tanah Papua (Irian Jaya) Masih Dalam Status Tanah Jajahan: Mengungkap Hati Nurani Rakyat Tanah Papua ( Bandar Numbay, Medyo Februari 1999).
Melihat dari fakta dan gerakan rasisme dari para jendral dan warga sipil Indonesia dengan sistematis dan masif serta kolektif ini menandakan bahwa rakyat dan bangsa West Papua tidak ada masa depan dalam rumah besar yang bernama Indonesia. Ada operasi militer, operasi transmigrasi, operasi pemekaran kabupaten dan provinsi untuk pemusnahan rakyat dan bangsa West Papua dari Tanah leluhur. Ini kejahatan kemanusiaan yang telah melampaui batas-batas nilai-nilai martabat (dignity) kemanusiaan karena terjadi pelanggaran berat HAM dari waktu ke waktu sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang tahun 2021, bahkan akan berlanjut terus sampai orang asli Papua benar-benar musnah.
Kejahatan, kekejaman, kekerasan Negara, kebohongan penguasa kolonial Indonesia sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang telah menyebabkan dalam tubuh bangsa Indonesia luka membusuk, luka bernanah, murka dan malapetaka dari Tuhan terhadap seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.
Akhir dari reflekasi iman ini, penulis mengingatkan para kolonial Indonesia, TNI dan Polri dan seluruh rakyat Indonesia yang datang menduduki dan menjajah rakyat dan bangsa West Papua dengan kutipan perkataan TUHAN sebagai peringatan keras dan tegas untuk kesadaran dan pertobatan.
TUHAN berkata kepada seluruh umat Tuhan, orang asli Papua, jangan takut, jangan menangis, TUHAN akan menghapus air mata dan menghentikan tetesan darah dan akan mengakhiri penderitasmu. Hai, orang asli Papua sebagai umat TUHAN, ingatlah, TUHAN mengirim 10 tulah kepada raja Firaun dan TUHAN tenggelamkan pasukan raja Firaun dan seluruh pasukannya di laut dan tidak ada seorangpun selamat.
Ingatlah juga, Daud mengalahkan raja Goliat yang angkuh dan sombong. Daud sikecil berkata kepada raja Goliat yang sombong, bahwa:
“Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kau tantang itu. Hari ini juga, TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari lehermu…” (1 Samuel 17:45-46).
TUHAN berkata: “Hak-Kulah dendam dan pembalasan” (Keluaran 32:35).
“Saudara-saudara yang kekasih, jangalah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: “Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, Firman Tuhan” (Roma 12:19).
Rakyat dan bangsa West Papua, berdolah dan berjuanglah dengan jalan damai dan terhormat dengan menghormati martabat kemanusiaan semua orang, karena ada waktu TUHAN yang lebih sempurna. Ingat! TUHAN telah mengubah penderitaan, tetesan air mata, cucuran darah, tulang belulang orang asli Papua sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang ini telah menjadi api belerang, murka yang dahsyat, bencana besar, malapeta yang mengerikan akan menimpa para penjahat kemanusiaan. TUHAN tidak selamanya berdiam diri melihat penderitaan umat Tuhan, orang-orang asli Papua di Tanah leluhur dan pusakanya. Penderitaan mereka harus diakhiri dengan kuasa TUHAN sesuai kehendak-Nya.
Selamat Membaca. Tuhan memberkati.
Ita Wakhu Purom, 9 Februari 2021
Penulis:
- Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
- Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
- Anggota: Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC).
- Anggota Baptist World Alliance (BWA).