Home / Reality/Fact

Saturday, 30 April 2022 - 21:21 WIB

Indonesia Sedang Menuju Kehancuran Dan 99% Rakyat Papua Menolak Pemekaran Provinsi Boneka Indonesia Di Tanah Papua 

Foto Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua. Dr. Socratez Sofyan Yoman, MA

Foto Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua. Dr. Socratez Sofyan Yoman, MA

Analisa kritis

INDONESIA SEDANG MENUJU KEHANCURAN DAN 99% RAKYAT PAPUA MENOLAK PEMEKARAN  PROVINSI BONEKA INDONESIA DI TANAH PAPUA 

Oleh Gembala DR. A.G. Socratez Yoman

“Kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik” (Amsal 29:12)

Bangsa Indonesia menuju kehancuran  karena bangsa ini dipimpin oleh  pemimpin sombong, angkuh, penipu, pembohong, pembunuh, penjahat, pencuri, perampok, dan berwatak rasis, fasis.

Contoh: “Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P., Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Indonesia (Menkopolhukam) membuat kebohongan publik yang menyatakan:

“82% rakyat Papua meminta pemekaran provinsi.”

Pernyataan ini paradoks, tidak sesuai dengan dinamika, realitas dan fakta dilapangan. Yang benar sesuai proses politik dalam kehidupan rakyat Papua ialah mayoritas rakyat, hampir 99% rakyat Papua tidak setuju pemekaran dan menolak pemekaran provinsi-provinsi boneka di Tanah Papua.

Saya jamin, 99% rakyat Papua tidak setuju dan menolak pemekaran provinsi-provinsi boneka di Papua.

Di Indonesia KEBOHONGAN berjalan telanjang dan itu sudah menjadi gaya hidup para penguasa dan rakyat Indonesia menikmati atas perilaku penguasa yang tidak normal di depan umum ini.

“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan” (Amsal 16:18)

Bangsa Indonesia PASTI hancur dan tinggal dalam catatan sejarah karena bangsa ini dipimpin oleh pemimpin yang tidak kenal kebenaran dan keadilan serta kejujuran.

BACA JUGA  Kalau KPK Tetap Memanggil Paksa LE Gubernur Papua  Menggunakan Kekuatan TNI Dan Brimob Berarti Bangsa Ini Ada Kemerosotan Moral Kebangsaan Dan Kemanusiaan

“Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa” (Amsal 14:34).

Indonesia menuju kehancuran kareba dasar negaranya sudah tidak menjadi alat perekat seluruh rakyat Indonesia.

Contoh:  Sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” sudah dirubah oleh para penguasa Indonesia dalam menggunakan kekuasaan yang terlihat di publik: “Ketidakmanusiawian, Rasisme,Fasisme,  Ketidakadilan dan Kebiadaban.”

Bangsa ini sedang menuju kehancuran karena rakyat Indonesia 82% hidup dibawah garis kemiskinan ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Bangsa Indonesia sedang menuju kehancuran karena para penguasa melakukan pelamggaran berat HAM dan pelaku kejahatan (kriminal) menjadi penguasa di Indonesia.

Bangsa Indonesia sedang menuju kehancuran karena utang negara telah kehilangan kedaulatannya dan Indonesia sedang tergadai dari negara-negara berdaulat yang menjadi peminjam dana. Pada saat Indonesia tidak mampu melunasi utang, maka beberapa pulau di Indonesia akan jatuh ke tangan Negara peminjam dana. Sebenarnya, Indonesia telah kehilangan kedaulatannya karena Indonesia sedang tergadai dengan utang besar, yaitu 7.000 triliyun.

Dalam konteks Papua, Bangsa Indonesia sedang menuju kehancuran karena penguasa Indonesia sedang berdansa-dansa dan menari-nari di atas penderitaan, tulang-belulang, tetesan air mata dan cucuran darah orang asli Papua yang dibantai oleh penguasa Indonesia sejak 19 Desember 1961 dan 1 Mei 1963 sampai sekarang, kita berada dalam tahun 2022, dan penderitaan terpanjang dan terlama dialami orang asli Papua sudah mencapai 61 tahun.

BACA JUGA  Belajar Perbedaan Untuk Membangun Masa Depan Papua Yang Mandiri Dan Kuat

Persoalan Papua sudah menjadi LUKA MEMBUSUK DAN BERNANAH dalam tubuh bangsa Indonesia. Jadi, solusinya bukan pemekaran pronvinsi-provinsi boneka.

Prof. Dr. Franz Magnis dan Pastor Frans Lieshout, OFM, dengan iman menggambarkan tentang keadaan yang sesungguhnya di Papua.

“Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu terutup bagi media asing. Papua adalah LUKA MEMBUSUK di tubuh bangsa Indonesia…kita akan ditelanjangi di dunia beradab, sebagai bangsa biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata.”  (Sumber: Prof. Dr. Franz Magnis: Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme Bunga Rampai Etika Politik Aktual, 2015:255,257).

Sedangkan Pastor Frans Lieshout, OFM, mengatakan: “Orang Papua telah menjadi minoritas di negeri sendiri. Amat sangat menyedihkan. Papua tetaplah LUKA BERNANAH di Indonesia.”  (Sumber: Pastor Frans Lieshout,OFM: Guru dan Gembala Bagi Papua, 2020:601).

Kebohongan yang dilakukan oleh penguasa, seperti 82% rakyat Papua mendukung pemekaran provinsi boneka Indonesia semakin memperburuk LUKA MEMBUSUK DAN BERNANAH di dalam tubuh bangsa Indonesia.

Selamat membaca. Tuhan memberkati.

Waa….Waa….Kinaonak.

Ita Wakhu Purom, 30 April 2022

========

  1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
  2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
  3. Anggota: Konferensi Gereja-Gereja⁰ Pasifik (PCC).
  4. Anggota Baptist World Alliance (BWA).

Share :

Baca Juga

Dr. Socratez Sofyan Yoman, MA

Reality/Fact

OTONOMI KHUSUS 2001 SUDAH MATI ATAU GAGAL TOTAL: PERUNDINGAN INDONESIA-ULMWP DIMEDIASI PIHAK KETIGA YANG LEBIH NETRAL ADALAH SOLUSI PERDAMAIAN PERMANEN
Benny Wenda

Reality/Fact

IRONI BERPIKIR PARA PENGUASA KOLONIAL MODERN INDONESIA UNTUK MEMUTARBALIKAN FAKTA OPERASI MILITER DAN PELANGGARAN BERAT HAM DI TANAH PAPUA YANG TERJADI SEJAK 1 MEI 1963 SAMPAI TAHUN 2021
pdt-socratez-sofyan-yoman

Reality/Fact

Gereja Membisu Dan Diam Yang Memelihara Kejahatan Negara Di Papua

Reality/Fact

Indonesia Bangsa Kolonial Firaun Modern Secara Ilegal Menduduki Dan Menjajah Bangsa Papua
pdt-socratez-sofyan-yoman

Reality/Fact

Sekitar 12 tahun yang lalu, penulis menulis  buku yang berjudul: OPM ? (Otonomi, Pemekaran dan Merdeka)

Reality/Fact

Papua Adalah “Kanker Ganas, Tumor Kronis, Batu Kerikil, Duri, Luka Membusuk Dan Bernanah” Di Dalam Tubuh Bangsa Indonesia

Reality/Fact

TNI-Polri Penikmat Dana Otsus Di Papua ?
pdt-socratez-sofyan-yoman

Reality/Fact

PEMEKARAN 6 PROVINSI BONEKA DI PAPUA UNTUK MEMPERLUAS KOLONIALISME DENGAN 6 KODAM, 6 POLDA, 35 KODIM, 35 POLRES, 10 KOREM: TANAH PAPUA MENJADI RUMAH MILITER DAN KEPOLISIAN KOLONIAL INDONESIA