KETIKA MENYEBUT NAMA PENDETA SOCRATES SOFYAN YOMAN, MAKA INGATAN ORONG HANYA DUA; IA SEORANG PENDETA & JUGA PENULIS ASAL PAPUA YANG UNIK
Ia unik krn talenta saat di mimbar2 gereja & ujung penanya sama tajam ketika ia meneropong masalah Papua.
Di forum2 ia kritis membela warga asli Papua yg tertindas dgn tdk segan2 ia “menelanjangi” aparat tanpa sedikitpun ia gentar..
Ia tahu bahwa resiko melawan aparat yg ia kritik adalah nyawa tp ia tidak peduli..Untuk hal ini, ia adalah org yg sdh tahu bahwa mati demi umat yg ia bela ganjarannya adalah surga..
Hal yg sama, tulisannya tdk kalah tajam menguliti masalah Papua yg telah 57 thn berada dlm NKRI..”Tinta bolpoinnya” bagai pedang tajam yg menebas siapa saja menjadi tersadarkan..
Buku2 yg ia tulis menggugat sejarah Pepera, kekerasan hingga politik ekspansi dgn bahasa yg vulgar..Ia menggunakan kosa kata biadab, busuk & tdk bermoral dlm menggambarkan apa yg ia lihat di Papua..
Kata2 itu keras & tanpa tedeng aling2 sbg refleksi bahwa di Papua sdh sedemikian buruknya..Kendati begitu, ia msh memperlihatkn seorang pendeta & penulis ktitis yg realistis..
Lihat pemikirannya, yg menginginkan situasi Papua yg buruk bisa diselesaikan dgn bermartabat..
Beliua mengusulkan ULMWP & NKRI duduk bersama yg dimediasi pihak netral bisa membicarakan masalah Papua masa depan dgn cara dialog..”
(Dari Lamadi de Lamato ( Jakarta, 12 Sep 2020 )