KHOTBAH PEMBERKATAN NIKAH GEREJA BAPTIS ITA WAKHU PUROM, PADA MINGGU, 15 NOVEMBER 2020
Oleh Gembala. Dr. Socratez Sofyan Yoman, MA
Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata dan merayap di bumi.”(Kejadian 1:26).
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kej. 2:15).
TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18). “Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk daripadanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki. Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (ay. 21-24).
Selanjutnya, “Allah memberkati, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkan itu, dan berkuasalah…..”(Kejadian 1:28).
Pemberkatakan Nikah bukan pikiran dan aturan manusia. Pemberkatan Nikah adalah kehendak dan kemauan TUHAN Allah. TUHAN memberkati Adam dan Hawa. TUHAN Allah memberkati, menikahkan Adam dan Hawa sebagai suami dan istri yang sah. Supaya laki-laki dan perempuan hidup bersama-sama dalam ikatan cinta kasih Allah dan besama-sama membangun Kerajaan Allah/Kerajaan Sorga dalam rumah tangga mereka.
Keluarga adalah Kerajaan Allah apabila keluarga itu hidup kehendak dan kemauan TUHAN dengan mendengarkan Firman TUHAN dan melaksanakannya. Dalam keluarga ada kemuliaan Allah, ada sukacita, ada damai sejarah, ada pengharapan dan ada jaminan masa depan dalam Kerajaan Sorga bersama-sama dengan Allah.
Hidup suami dan isteri harus saling mendukung, saling mengasihi dan saling mengerti satu sama lain. Karena, suami dan isteri yang dipersatukan dalam nama Allah Bapa, Allah Yesus dan Allah Roh Kudus tidak dapat dipisahkan oleh manusia, kecuali maut. Dalam hal keutuhan suami dan isteri, Tuhan Yesus Kristus menegaskan: “…apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6b).
Perlu dan penting dipegang oleh suami ialah istri bukan pesuruh dan bukan pembantu. Istri adalah sahabat sejajar, sederajat dan sepadan. Sebaliknya, isteri menghormati suami sebagai kepala dan pelindung yang membuat seluruh isi rumah utuh, aman dan penuh kemuliaan Tuhan.
Dalam keluarga yang utuh dan aman, wajib mengasihi Allah. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:37,39).
Apa artinya kasihi Allah dengan segenap jiwa dan akal budi? Kita dengar kebenaran Firman Tuhan dan menghidupi kebenaran itu dalam hidup kita dan melaksanakannya.
Supaya dalam kehidupan suami dan isteri dan keluarga, menjadi berkat yang dapat memancarkan kasih, kebenaran, keadilan, kasih, kejujuran, sukacita, damai sejahtera dan pengharapan.
Suami-isteri ketiga pasangan yang sudah diberkati Tuhan, dan kita semua, ” sebagai anak-anak Allah…kamu bercahaya diantara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Filipi 2:15). “…terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16).
NASIHAT TENTANG KEWAJIBAN SUAMI DAN ISTRI
Dengarlah ke enam saudara, kewajiban-kewajiban suami Istri: hendaknya suami dan istri hidup dalam persekutuan yang abadi. Hindarilah pertengkaran-pertengkaran yang sia-sia yang dapat membawa keretakan dalam kehidupan berumah tangga. Masing-masing pasangan hendaknya menerima pasangannya sebagaimana ia ada, hormatilah dan hargailah dia dalam segala kelebihan dan kekurangannya. Tegorlah dia dalam segala kelebihan dan kekurangannya. Tegorlah dia dalam kasih bila dalam kelemahannya ia berbuat salah. Bilamana kelak Allah mengaruniakan anak- anak di dalam rumah tangga Anda ber enam, hendaklah mereka dibesarkan dalam kasih dan dalam takut akan Tuhan, demi kemuliaan nama-Nya sehingga setelah dewasa mereka dapat menjadi orang-orang yang taat kepada Allah dan mengabdi kepada sesame manusia.
Oleh Pdt. Dr. Socratez Sofyan Yoman
ITA WAKHU PUROM, PADA MINGGU, 15 NOVEMBER 2020
========