Kisah Nyata: Saya Tabrak Mobil Ibu Azni Nurul
KATA “DAMAI” ITU BUKAN KATA-KATA
“Berbahagialah orang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).
Pada tahun 2014, saya mengendarai mobil dari arah Sentani menuju Abepura. Pada saat itu ada iring-iringan mobil dari suatu rombongan yang menjemput tamu dari Jakarta. Sebuah mobil yang dikendarai oleh seorang ibu mengikuti iring-iringan mobil itu, tepat di depan saya, ibu bukan bagian dari rombongan dari Jakarta, ia pergi di kantornya di Jayapura. Saya menabrak mobilnya dari belakang.
Ibu itu berhenti dan memarkir mobilnya ke tepi jalan. Nama itu itu Azni Nurul (dari belakang saya tahu ibu KOWAD-AL) bertugas di Pelabuhan Jayapura dan tinggal di Rumah Dinas di Ifar Gunung.
Saya meminta ibu Azni ikut saya hingga di depan pompa bensin Waena. Saya berhenti dan memanggilnya. Dia langsung bertanya, “Bagaimana mobil ini?”
Saya bilang, “Apakah ibu ada langganan bengkel?” Ibu bilang ada di Padang Bulan. Kami ke sana, bengkel itu tutup. Saya bilang, “Ibu, ikut saya, ke bengkel langganan saya.”
Kami tiba di bengkel langganan saya. Saya panggil petugas di bengkel itu. Saya minta mereka cek kerusakannya, dan dihitung biayanya sebesar Rp 3.500.000; (Tiga juta lima ratus ribu).
Ibu Azni takut tanya langsung kepada saya, siapa yang bayar tagihan. Ibu itu panggil dua orang adiknya datang tanya kepada saya.
” Maaf bapak, biaya perbaikan siapa yang bayar? ”
Saya jawab, ” Bilang ibu, kalau mobil ibu sudah diperbaiki ibu datang ambil saja mobilnya dan dibawa pulang. Saya yang bayar biaya perbaikan.”
Walaupun dalam peristiwa itu, cup mobil saya Innova rusak parah. Saya mengalah demi kebaikan dan kedamaian. Saya tidak mau ribut karena tabrakan itu terjadi diluar dugaan saya dan ibu Nurul. Saya juga dapat mempertimbangkan bahwa dia seorang perempuan, melihat peristiwa itu tentu saja berbeda secara perasaan dan psikologi. Bagaimana reaksi suaminya dalam hubungan suami dan istri dalam keluarga tentang keadaan mobil? Saya tidak mau membuat terbeban dalam keluarga ibu dengan peristiwa itu.
Jauh lebih bermartabat untuk mengalah daripada berdebat dengan hal-hal kecil seperti itu. Hidup kita masih panjang. Kita membutuhkan solidaritas dari persaudaraan antar sesama manusia selama hidup di bumi ini. Kita hidup saling memberi kontribusi tentang nilai kebaikan yang bersumber dari ajaran Firman Tuhan dan nasihat-nasihat orang tua, supaya ada kedamaian dan harmoni kehidupan di bumi.
Kita harus berkhotbah dengan kehidupan nyata. Tuhan ada di setiap waktu. Tuhan tidak terkurung dalam gedung gereja. Allah itu ada di mana-mana. Tuhan selalu menuntun hati,pikiran dan seluruh hidup kita setiap detik. Karena Tuhan tidak pernah tertidur lelap. Kita harus menjadi surat Kristus yang dapat dibaca oleh orang lain melalui perilaku dan sikap hidup kita sehari-hari.
Inti dan makna pesan yang saya mau titip untuk para pembaca adalah kalau damai itu ada di hati kita, semua masalah, kita hadapi dengan kasih, sejuk, dan tenang. Ada pengendalian emosi, perasaan dan pikiran kita. Karena dan damai itu hidup dalam kehidupan kita. Kasih dan damai itu menjadi bagian tak terpisahkan dari pola dan gaya hidup kita.
Relasi dan solidaritas kemanusiaan antar sesama dengan siapa pun itu sebagai aset dan harta yang berharga dalam hidup yang perlu dibina, dijaga dan dirawat dengan kasih yang tulus dan damai serta kerelaan untuk berkorban. Kita hidup tidak sendiri dalam dunia realitas yang terus berdinamika ini dalan berbagai warna ini. Kita sedang menjadi hidup dengan sesama kita dari berbagai status sosial dan latar belakang, keyakinan agama dan ideologi yang berbeda.
Jadi, kita yang beragama Kristen berkewajiban dan bertanggungjawab menjaga dan melindungi saudara-saudara Muslim, Hindu, Budha, Konghucu, Atheis dan Komunis, dan sebaliknya. Kita memang berbeda dalam keyakinan iman, agama dan ideologi,tapi kita bersaudara dan berdamai dalam kemanusiaan.
Saya ingin sampaikan dari peristiwa menabrak mobil tersebut, seperti ini, bahwa kerusakan mobil itu bisa diperbaiki karena ada bengkel dan ada alat-alat dijual di toko. Mobil itu bisa dibeli di dealer mobil dan bisa kita ganti. Tetapi, hubungan harmonis antara sesama manusia adalah kekayaan yang sangat mahal nilainya. Dan juga, kasih dan damai tidak ada bengkel dan toko yang menjualnya.
Walapun saya tidak mengenal ibu Nurul, dia harus dihargai martabat kemanusiaannya dengan keluhuran budi saya sebagai penghormatan kepada semua perempuan, istri saya dan juga ibu kandung saya. Saya merasa terhormat karena tidak melukai hati ibu Nurul. Saya tidak membuat ibu gelisah dengan biaya perbaikan mobilnya. Saya tidak perlu marah. Dia tidak salah dan saya juga tidak salah. Ibu itu punya harga diri, membutuhkan ketenangan dan kestabilan emosinya. Dia perlu hidup damai dan saya juga perlu hidup damai dan bersahabat dan bersaudara dengan siapa saja.
Kita tidak pembawa kabar damai, tapi juga pelaku damai di mana pun kita berada, hidup dan berkarya. Damai iru aksi nyata. Damai itu butuh pengorbanan. Yesus Raja Damai lahir di kandang Betlehem itu nyata. Yesus disalib di kayu salib itu peristiwa nyata. Yesus dikubur san bangkit dari kubur itu peristiwa nyata. Artinya kasih dan damai itu hidup dalam kehidupan nyata.
Damai itu bukti dan wujud dari kasih. Syarat dari kedamaian ialah kasih dan keadilan. Maka, keadilan dan kasih tidak bisa dipisahkan. Allah menyerahkan
Anak-Nya yang Tunggal, Yesus ke dalam dunia sebagai Raja Damai (Yesaya 9:5-5; Yohanes 3:16; Yesaya 11:1-10).
(Tulisan ini disadur dari buku berjudul: Tebing Terjal Perdamaian di Tanah Papua: Yoman, 2019, 23-26).
KESIMPULAN:
Setelah rakyat dan bangsa Papua Barat meraih kembali kemerdekaan dan kedaulatan 1 Desember 1961, kami akan memperlakukan orang-orang pendatang di Tanah kami dengan kasih dan damai yang nyata dengan nilai kemanusiaan kami.
Saya harap, semua orang Indonesia datang tinggal di Tanah kami, jangan salah menilai kami rakyat dan bangsa Papua. Kami manusia sejati, bukan Monyet atau Gorila, bukan separatis, makar, OPM,KKB, dan Teroris. Kami adalah orang-orang yang berhak merdeka di atas TANAH leluhur kami.
Doa dan harapan saya, kisah nyata menjadi berkat bagi para pembaca kisah ini. Tuhan memberkati.
Ita Wakhu Purom, Minggu, 21 Agustus 2022
Gembala DR. A.G. Socratez Yoman.
No Kontak WA: 08124888458