KITA BERBEDA DALAM PANDANGAN IDEOLOGI DAN KEYAKINAN IMAN, TAPI, KITA TETAP BERSAUDARA DALAM NILAI KEMANUSIAAN & KESAMAAN DERAJAT
Saya sadar dan mengerti, ketika saya menulis artikel, opini, fakta, realitas dan buku, penguasa Indonesia dan para pencinta NKRI sangat tidak senang dan tidak suka dengan saya. Bahkan ada seorang jenderal pernah mengatakan:
“Pak Socratez sudah gila, jadi jangan baca tulisan-tulisannya, nanti kita semua bisa jadi gila seperti pak Socratez.”
Ada juga menanggapi buku terbaru saya: “Kami Bukan Bangsa Teroris (2021).” Komentar mereka sebagai berikut:
“Sering Pdt Socrates kalau buat serangan tidak lihat kanan kiri…akhirnya off side, jadi tidak tepat sasaran.”
Walaupun saya dinilai seperti orang gila, serangan tidak tepat sasaran, tapi, keyakinan iman saya, lebih baik saya tidak dihormati, tidak disukai, dan direndahkan serta dimarahi penguasa kolonial Indonesia saat sekarang ini, supaya anak dan cucu saya serta bangsa saya West Papua ke depan menjadi bangsa bebas, merdeka, berdaulat dan bermartabat serta terhormat. Mereka akan dihormati sebagai bangsa yang mewarisi nilai-nilai kasih, keadilan, martabat kemanusiaan, kesamaan derajat dan kehidupan yang harmonis serta kedamaian permanen di Tanah Pusaka Papua Barat.
Mereka boleh berbeda dengan pandangan ideologi dan keyakinan iman dengan bangsa-bangsa lain atau orang-orang pendatang yang berada dan hidup di Tanah ini, tapi mereka bersaudara dan saling mengasihi dan menghormati dalam nilai kemanusiaan sebagai gambar dan rupa TUHAN Allah.
Saya akan berhenti menulis artikel, opini, fakta, realitas dan buku, kalau saya dilarang oleh TUHAN dan juga dilarang oleh rakyat dan bangsa Papua Barat.
Jadi, selama TUHAN dan rakyat dan bangsa Papua Barat belum melarang saya menulis, saya selalu menulis dan menulis untuk martabat kemanusiaan dan masa depan anak dan cucu rakyat dan bangsaku Papua Barat.
Karena, menulis adalah jalan hidup yang saya pilih untuk rakyat dan bangsaku Papua Barat yang sedang diduduki dan dijajah bangsa kolonial Indonesia dengan Rasisme, Militerisme, Ketidakadilan, Kolonialisme dan Kapitalisme yang melahirkan pelanggaran berat HAM dan pemusnahan etnis orang asli Papua.
(Gembala Dr. Socratez S.Yoman). Ita Wakhu Purom, 26 Juli 2021.