Artikel
MARI, KITA BERSATU UNTUK MENOLAK DIKOTOMI DAN ADU DOMBA ATAU PROVOKASI ORANG ASLI PAPUA: PAPUA TETAP SATU SORONG-SAMARAI
Oleh Gembala Dr. Socratez S.Yoman,MA
Ada tiga orang selama ini dihormati sebagai tokoh dan KKB (Kaka Besar), namun belakangan ini mereka membuat pernyataan-pernyataan yang provokatif dan kontraproduktif yang berpotensi memecah-belah orang Papua. Mereka seperti menjadi pelopor atau juru bicara dikotomi atau adu-domba orang-orang Papua yang selama ini hanya ada dalam pikiran dan hati penguasa rasis Indonesia.
Karena pernyataan ke publik seperti itu, maka kekaguman dan panutan orang Papua terhadap ketiga tokoh itu semakin terkikis dan juga semakin menjadi botak. Pada akhirnya bisa saja kehilangan kekaguman dan kepercayaan orang Papua terhadap mereka sebagai tokoh yang menjadi kebanggaan selama ini.
Pernyataan-pernyataan yang provokatif dan mengadu-domba orang Papua seperti itu apakah pikiran mereka sendiri atau lidah dan wajah mereka dipinjam untuk menyampaikan kalimat-kalimat dikotomi, adu-domba dan provokatif yang tidak berkualitas sejenis ini.
- Apakah tiga tokoh orang Papua ini dipilih khusus dan dilantik oleh penguasa rasis Indonesia untuk menjadi juru bicara dan juru kampanye dikotomi atau adu-domba orang Papua gunung dan Papua pantai?
- Apakah ketiga tokoh ini mencari panggung politik di Jakarta dan di Papua?
- Bagaimana orang-orang hebat dan berkelas dan juga berbintang ini mengungkapkan pernyataan-pernyataan yang tidak setara dengan level mereka dan sangat rendah yang berpotensi memecah-belah kesatuan orang Papua?
Doa dan harapan kami orang Papua yang berada, hidup, dan berkarya dari abad ke abad, turun-temurun dari nenek moyang kami dan di atas Tanah leluhur kami di pegunungan dan di pesisir, kami tetap satu dalam satu rumah, satu perahu, satu honai yaitu Tanah Papua dari Sorong-Samarai dengan kekayaan kebudayaan kami sebagai bangsa Melanesia.
Ketiga tokoh senior yang dikagumi dan dihormati orang Papua, kalau bapak bertiga adalah benar-benar orang asli Papua, melalui artikel ini, penulis meminta kepada bapak bertiga jangan menghina dan merendahkan martabat kemanusiaan kami, jangan mengadu-domba kami, jangan memisahkan kami, jangan merusak kepapuaan kami, jangan membangun permusuhan diantara kami, jangan menanam bibit-bibit atau benih-benih perpecahan diantara kami orang Papua di atas Tanah pusaka kami.
Rakyat Papua atau orang asli Papua sudah lama menderita dan menangis, karena sejarah akar konflik Indonesia-Papua yang terlama dan terpanjang di Asia, yaitu Rasisme, Fasisme, Ketidakadilan, Pelanggaran berat HAM-Pemusnahan Etnis Papua entah Papua gunung atau Pantai, Militerisme, Sejarah pelaksanaan Pepera 1969 yang cacat hukum dan moral yang dimenangkan ABRI (kini: TNI), Kapitalisme dan Kolonialisme.
Orang asli Papua sangat bangga, jika ketiga senior ini hadir sebagai bintang yang bercahaya dalam kegelisahan dan ketidaknyaman orang Papua untuk menciptakan persatuan dan perdamaian untuk semua orang asli Papua tanpa membedakan dan mengadu-domba atau membuat jurang dikotomi Papua pantai dan Papua gunung. Karena, Papua selamanya satu.
Orang asli Papua bangga kalau ketiga tokoh ini hadir untuk menghapus air mata kami dan mengakhiri penderitaan kami dan memelihara persatuan kami di atas tulang-belulang dan roh-roh leluhur di atas Tanah ini.
Rasul Paulus menasihati kita semua. “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbatah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Filipi 2:14-15).
Persatuan dan kedamaian dan persaudaraan adalah misi Allah. Sebaliknya, kekacauan, adu-domba dan permusuhan adalah misi Iblis atau Setan. Karena Tuhan Yesus memberikan jaminan kepada kita hidup bersatu. “…supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau….” (Yohanes 17:21).
Jadi, yang memecah belah orang asli Papua di atas Tanah leluhur mereka bukan saja musuh orang asli Papua, tapi orang-orang yang mengadu-domba orang asli Papua itu juga menjadi musuh Allah.
“Berbahagialah orang yang membawa damai (persatuan, keutuhan, kebersamaan, dan solidaritas) karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:9).
Doa dan harapan penulis, artikel singkat ini menjadi berkat.
Waa…Waa….Kinaonak!
Ita Wakhu Purom, 10 Agustus 2021
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua (PGBWP).
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3. Amggota: Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC).
4. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
____