MENGAPA KITA MEMBIARKAN PENGUASA ASING MELAYU INDONESIA MENDUDUKI DAN MENJAJAH BANGSA WEST PAPUA DENGAN MITOS & STIGMA RASIS, JAHAT DAN KEJAM?
” Mari, kita semua sadar dan bangkit dan HARUS lawan, hentikan dan hilangkan mitos atau stigma: separatis, makar, opm, kkb yang diproduksi dan dipelihara serta digunakan penguasa asing Negara Indonesia dan TNI-Polri sebagai kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran berat HAM serta RASISME yang merendahkan dan menghina harkat dan martabat kemanusiaan kami orang asli Papua.”
Oleh Gembala Dr. Socratez Yoman,MA
“Penguasa asing Negara Indonesia dan TNI-Polri HARUS berhenti membangun pemerintahan Neraka dan kerajaan Iblis di atas wajah tulang-belulang dan roh-roh leluhur kami dengan mitos-mitos yang rasis.”
Penguasa kolonial asing Melayu Indonesia HARUS tahu, bahwa Tanah Papua adalah Tanah pusaka dan Tanah leluhur orang asli Papua. Ini Tanah kami. Ini mama kami. Tanah ini hidup kami. Tanah ini rumah kami. Tanah ini honai kami. Tanah ini perahu kami. Tanah ini pemberi kekayaan dalam keberlangsungan hidup dan investasi yang sangat bergarga untuk masa depan anak cucu kami. Di Tanah kami ini tidak pernah dan belum pernah ada mitos-mitos dan stigma-stigma rasis, kejam dan jahat: separatis, makar, opm, kkb. Negara dan TNI-Polri berhenti merendahkan dan menghina harkat dan martabat kemanusiaan. Negara dan TNI-Polri penguasa asing HARUS berhenti membangun pemerintahan dan kerajaan Firaun moderen di atas wajah tulang-belulang dan roh-roh leluhur kami.
Seluruh rakyat dan bangsa West Papua dari Sorong-Merauke HARUS sadar, bangkit dan menyatakan kepada penguasa orang asing Melayu Indonesia yang menduduki, menjajah dan menindas kami, bahwa: “KAMI BUKAN SEPARATIS, MAKAR, OPM DAN KKB SEPERTI MITOS DAN STIGMA YANG DIPRODUKSI DAN MILIK PENGUASA INDONESIA, TNI-POLRI, TETAPI KAMI ADALAH MANUSIA GAMBAR ALLAH & PEMILIK TANAH LELUHUR PAPUA.”
Dalam semangat kesadaran ini, kita lawan dan hentikan mitos-mitos kekejaman, kejahatan: separatis, makar, opm dan kkb rasis yang diproduksi Negara dan TNI-Polri yang merendahkan dan menghina harkat dan martabat kemanusiaan. Mari kita sama-sama memperjuangkan nilai keadilan, harkat dan martabat kemanusiaan, kesamaan derajat untuk menciptakan Papua yang damai, Indonesia yang damai, dan dunia yang damai. Kita ciptakan dunia yang damai sebagai rumah kita bersama dan dunia sebagai rumah orang-orang mencintai kedamaian dan memelihara kedamaian dengan keadilan, kebenaran dan kejujuran.
Gereja-gereja di Tanah Papua dari Sorong-Merauke jangan berdansa-dansa dan menari-nari atas penderitaan orang asli Papua dari tahun ke tahun dan dari waktu ke waktu. Berbicara Damai Natal dari tahun ke tahun, tapi dari mimbar suci tidak dan belum pernah terdengar suara dari para gembala, pendeta dan pemimpin Gereja yang menyatakan: “Negara dan TNI-Polri HARUS berhenti memproduksi mitos dan stigma separatis, makar, opm dan kkb yang rasis terhadap orang asli Papua sebagai pemilik sah Tanah pusaka Papua Barat dari Sorong-Merauke.”
Gereja-gereja HARUS melawan dan menghentikan mitos-mitos dan stigma milik Negara dan TNI-Polri yang memperparah luka membusuk dan luka bernanah di tubuh Indonesia. Gereja-gereja di Papua dari mimbar suci dan kudus, jangan membisu, jangan diam, jangan takut, jangan ragu, jangan gentar, jangan berpura-pura, jangan memilih di zona nyaman dengan memanipulasi isi Firman Tuhan untuk menghibur penguasa Negara, TNI-Polri yang membantai umat di Tanah Papua.
Gereja-gereja perlu menyadari bahwa
mitos dan stigma separatis, makar, opm dan kkb yang diproduksi Negara dan TNI-Polri sudah merupakan kejahatan yang dilakukan Negara yang merendahkan dan menghina martabat kemanusiaan orang asli Papua. Mitos dan stigma ini wujud dan wajah rasisme, ketidakadilan, pelanggaran HAM berat dan tragedi kemanusiaan.
Dalam konteks West Papua, mimbar suci atau mimbar Gereja itu bukan untuk orang-orang yang berada dalam zona nyaman semu atau orang-orang yang merasa sudah nyaman, tetapi mimbar suci itu HARUS bersuara untuk membela dan melindungi serta membebaskan umat Tuhan yang dimitoskan separatis, makar, opm dan kkb yang dilakukan TNI-Polri. MARI, BERDIRI BERSAMA GEMBALA DR. SOCRATEZ YOMAN UNTUK BERSUARA DENGAN IMAN DALAM KRISTUS RAJA DAMAI UNTUK MELAWAN DAN MENGHENTIKAN MITOS DAN STIGMA SEPARATIS, MAKAR, OPM, KKB SEBAGAI KEJAHATAN KEMANUSIAAN, PELANGGARAN BERAT HAM DAN RASISME YANG MERENDAHKAN HARKAT DAN MARTABAT KEMANUSIAAN ORANG ASLI PAPUA. Mari, kita membela harkat dan martabat kemanusiaan orang asli Papua.
Untuk melawan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran berat HAM yang dilakukan Negara dan TNI-Polri dengan memproduksi mitos-mitos: separatis, makar, opm dan kkb, penulis sudah menulis tiga judul buku untuk melawan mitos-mitos jahat dan kejam yang menghancurkan dan merusak harkat dan kehormat orang asli Papua. Buku-buku itu masing-masing judul sebagai berikut:
1. Rakyat Papua Bukan Separatis (1999).
2. Orang Papua Bukan Separatis, Makar dan OPM (2005).
3. Melawan RASISME dan STIGMA di Tanah Papua (2020).
Mitos-mitos dan stigma: separatis, makar, opm, kkb merupakan kejahatan kemanusiaan, pelanggaran berat HAM dan rasisme yang merendahkan dan melecehkan harkat dan martabat kemanusiaan orang asli Papua yang sudah menjadi luka membusuk dan bernanah dalam tubuh bangsa Indonesia. Mitos-mitos dan stigma yang rasis dan tidak beradab, tidak manusiawi yang sudah menjadi luka membusuk dan bernanah ini harus disembuhkan dan dipulihkan dalam memasuki tahun baru 1 Januari 2021.
Sadarlah Anda semua dengan pernyataan Prof. Dr. Franz Magnis, sebagai berikut:
“Ada kesan bahwa orang-orang Papua mendapat perlakuan seakan-akan mereka belum diakui sebagai manusia. Kita teringat pembunuhan keji terhadap Theys Eluay dalam mobil yang ditawarkan kepadanya unuk pulang dari sebuah resepsi Kopassus.”
“Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu tertutup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia.” (hal.255).
“…kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab, sebagai bangsa yang biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata tajam.” (hal.257). (Sumber: Franz: Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme Bunga Rampai Etika Politik Aktual, 2015).
Akhir dari pergumulan, doa dan harapan ini, saya mau sampaikan kepada para pembaca artikel ini. “Ucapan Selamat Natal 25 Desember 2020 dan 1 Januari 2021 kepada saya akan menjadi bernilai, lebih berharga, lebih sempurna dan kedamaian benar-benar hadir secara nyata, kalau semua sahabat baik, kita bersama-sama melawan dan menolak serta menghapuskan mitos-mitos atau stigma-stigma yang diproduksi dan digunakan Negara dan TNI-Polri, yaitu separatis, makar, opm dan yang terbaru Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang merendahkan harkat dan martabat kemanusiaan bangsa saya, orang asli Papua. Mari, kita ciptakan Papua Tanah damai permanen dan jangka panjang dengan keadilan dan penghormatan harkat dan martabat kemanusiaan orang asli Papua.”
Selamat merenungkan tulisan ini dan memilih serta menentukan sikap untuk melangkah. Jangan tidur lelap terlalu lama. Anda semua, terutama Orang Asli Papua, Anda sudah berada seperti seekor binatang KATAK yang sudah diletakkan dan sedang hidup dalam sebuah kuali atau belangga yang diisi air dan sudah diletakkan di atas api yang sedang nyala. Anda tidak sadar bahwa air itu perlahan-lahan sedang menjadi hangat dan panas dan sebentar lagi akan memasak atau memusnahkan Anda. Bangunlah dari ketiduranmu yang lelap dan terlalu lama, sadarlah dari kenyaman dan kemapanan semu, keluarlah dari zona nyaman hampa. Tinggalkan pujian-pujian yang menghancurkan. Masa depan anak cucumu sudah, sedang dan akan dihancurkan dengan mitos-mitos atau stigma: separatis, makar, opm dan kkb.
SELAMAT MENYAMBUT DAN MEMASUKI TAHUN BARU 1 JANUARI 2021 DENGAN IMAN TUHAN YESUS KRISTUS MENGATAKAN: ORANG ASLI PAPUA BUKAN SEPARATIS, MAKAR, OPM DAN KKB.
Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita…” (Kejadian 1:26).
Pemerintah Indonesia, TNI-Polri sebagai penguasa asing di Papua perlu membaca Firman Allah, bahwa Allah tidak pernah berfirmlah: “Baiklah Kita menjadi orang asli Papua sebagai separatis, makar, opm, kkb. Jadi, Negara Indonesia dan TNI-Polri HARUS berhenti membangun pemerintahan Neraka dan kerajaan Iblis di atas wajah tulang-belulang dan roh-roh leluhur kami di atas Tanah ini dengan mitos-mitos yang rasis.
Para penguasa Indonesia, TNI-Polri dan para pemimpin Gereja, mari belajar Firman Tuhan dikutip tadi. Tuhan tidak menjadikan orang asli Papua dengan mitos-mitos seperatis, makar, opm dan kkb. Jadi, hanya orang-orang terkutuk yang selalu memproduksi mitos-mitos ini dan merendahkan dan menghina martabat kemanusiaan orang-orang asli Papua.
Masalah kemanusiaan, pelanggaran berat HAM, ketidakadilan dan rasisme serta tragedi kemanusiaan tidak bisa disembunyikan dengan mitos-mitos dan stigma-stigma kuno dan usang ini. Persoalan Papua sudah jelas dan terang benderang seperti luka membusuk dan dan bernanah itu sudah dirumuskan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sudah tertuang dalam buku Papua Road Map, yaitu 4 akar persoalan dan Negara harus menyelesaikan persoalan ini.
(1) Sejarah dan status politik integrasi Papua ke Indonesia;
(2) Kekerasan Negara dan pelanggaran berat HAM sejak 1965 yang belum ada penyelesaian;
(3) Diskriminasi dan marjinalisasi orang asli Papua di Tanah sendiri;
(4) Kegagalan pembangunan meliputi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat Papua.
Dengan demikian kita ciptakan Papua Tanah Damai Permanen yang dipelihara dan diberkati Tuhan Yesus Kristus.
Perdamaian jangka panjang dan permanen untuk semua orang di Tanah Papua tidak tercipta dan terwujud tanpa keadilan dan penghormatan harkat dan martabat kemanusiaan. “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).
Saya respek atau menghormati setiap orang INDONESIA, siapapun dia sebagai sesama manusia. Tetapi, saya menolak kebijakan penguasa kolonial Indonesia yang rasis yang menindas rakyat dan bangsa saya Melanesia di West Papua dengan mitos atau stigma: separatis, makar, opm dan kbb yang rasis.
Tuhan memberkati kita semua.
Ita Wakhu Purom, Rabu, 30 Desember 2020
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua (PGBWP).
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3. Amggota: Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC).
4. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
____
Kontak person: 08124888458
____