Kehidupan Nyata Dalam Keluarga
PEREMPUAN BUKAN BUDAK LAKI-LAKI TAPI SAMA DERAJAT DENGAN LAKI-LAKI SEBAGAI SESAMA MANUSIA
“TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadi penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18).
Perkataan TUHAN Allah sangat jelas, bahwa laki-laki tidak bisa hidup sendiri. Laki-laki membutuhkan atau memerlukan penolong yang sepadan untuk laki-laki. Sepadan artinya cocok, setara, seimbang untuk saling menolong, saling melengkapi dan saling memperhatikan.
Laki-laki ingat pesan dalam Kitab Suci sudah terang dan jelas, yaitu perempuan bukan budak, bukan untuk pembantu dan bukan untuk tempat pelampian keinginan laki-laki.
Banyak wanita dipermainkan oleh laki-laki. Tapi banyak wanita yang dihormati dan dihargai oleh laki-laki. Ada pula ada banyak laki-laki yang dipermainkan oleh perempuan, dan sebaliknya, ada banyak wanita yang sangat menghormati laki-laki.
Ada beberapa kisah yang perlu disampaikan untuk menjadi pelajaran untuk kita semua. Ada kisah-kisah menyedihkan dan juga menyenangkan.
1. Kasus A
Ada seorang suami yang tukang karang cerita, alias tukang tipu. Laki-laki ini sampaikan kepada istrinya bahwa jangan keluar rumah dan tetap tinggal di rumah. Pesan itu disampaikan dengan ancaman dan intimidasi. Suami ini karang cerita yang membuat istrinya semakin ketakutan. Laki-laki ini mengaku dia kenal dengan orang-orang hebat dan juga memiliki link atau jaringan dengan baik, termasuk angkatan darat, lebih khusus Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Suami ini minta semua nomor-nomor HP teman-teman yang ada dalam Handphone (HP) istrinya diblokir dan dihapus semua. Setiap hari: pagi, siang dan sore serta malam handphone (HP) istri diabsen atau diperiksa telepon masuk dan keluar.
Suami ini raja janji tapi janjinya tidak pernah tepati. Pada saat isterinya menagih janji, suaminya karang cerita yang lain, bahkan cerita omong kosong dengan ancaman.
Setelah hampir 9 tahun, perempuan ini tahu bahwa laki-laki ini tukang tipu dan pembohong besar. Perempuan ini ambil data-data tentang latar belakang dari laki-laki tukang pembuat cerita bohong ini. Perempuan ini minta pisah atau cerai tapi laki-laki lebih ahli atau profesional pembuat cerita bohong ini memberikan ancaman.
Lebih parah lagi sifat laki-laki pembohong ini ialah watak yang kejam dan sering hantam atau pukul perempuan ini. Tentu saja, laki-laki pembohong sudah membuat penjara ketakutan terhadap perempuan ini.
Kalau tamu dari isterinya datang dan saat tamu itu pulang, laki-laki pembohong ini tanya sebeluk beluk dan marah istrinya dan dilarang datang lagi bertamu di rumah ini. Perempuan ini hidup seperti dalam penjara.
Istri dan anak-anaknya rajin ke gereja. Laki-laki penipu ini juga rajin ke gereja untuk beribadah. Tempat ibadahnya berbeda-beda dan pendeta atau gembalanya juga berbeda-beda. Mereka tidak pergi ke satu tempat ibadah.
Jalan penyelesaian apa yang perlu ditempuh untuk menolong perempuan yang berada dalam penjara suami pembohong besar ini?
2. Kasus B
Ada seorang bergelar Magister (S2) menikah dengan seorang perempuan yang jauh dari usia laki-laki. Perkawinan ini dalam keadaan terpaksa karena tidak melalui proses pacaran. Dinikahkan dan mereka dikarunia anak-anak laki-laki dan perempuan. Perempuan ini sering sampaikan kepada suaminya dengan jujur dan polos bahwa “sebenarnya saya tidak mencintai kamu dan anak-anak ini lahir dalam keadaan terpaksa.”
Laki-laki ini tanggapi dengan enteng: “Tapi, anak-anak saya ganteng-ganteng dan cantik-cantik.”
Laki-laki atau suami ini selalu banggakan diri di hadapan istrinya, “saya ini Master atau S2, kamu hanya pendidikan SMA saja.”
Laki-laki berpendidikan S2 ini tiap hari mabuk. Uang dari gajinya tidak pernah dikasih kepada istrinya. Hampir 25 tahun menikah istri tidak tahu gaji suaminya, karena gajinya habis dengan botol (minuman keras).
Karena uang habis dibotol, laki-laki ini belum pernah buat rumah untuk istri dan anak-anaknya. Rumah sewa itu uang dari gaji istrinya atau istrinya kredit di bank.
Biaya pendidikan anak-anaknya tidak pernah dibayarkan. Seluruh biaya pendidikan ditanggung oleh gajinya istri yang kecil.
Istrinya orang yang rendah hati, sabar, jujur dan memiliki talenta, karunia yang diberikan oleh Tuhan. Tapi, semua ini tidak pernah dipelihara dan dikembangkan oleh suami. Justru, suaminya melumpuhkan talenta dan karunia-karunia yang ada pada istrinya.
Suaminya yang bergelar tinggi atau S2 munafik. Pada saat saudara-saudara perempuan datang ke rumah, laki-laki ini buat diri orang yang baik dan berpura-perpura menghormati ipar-iparnya. Pada saudara-saudara istrinya pulang, suami marah kepada istrinya tentang kedatangan ipar-ipar.
Kebiasaan buruk lain ialah suami pulang mabuk, istrinya minta pijit karena sakit belakang atau kecapehan. Istrinya melayani sesuai dengan permintaan suaminya. Makanannya diminta isi nasi dan sayur dan dilayani.
Usia istri lebih muda dari suaminya. Perbedaan usia istri dengan suami sangat jauh, yaitu 6-7 tahun.
Soal di tempat atau ranjang, sejak awal nikah sampai sekarang hampir 25 tahun ini, laki-laki bersetubuh dengan istri dalam keadaan mabuk. Laki-laki ini seperti “anjing kurap” membuat istrinya seenaknya dan semaunya tanpa memikirkan martabat dan kehormatan istrinya sebagai manusia.
Istrinya dibuat kelelahan atau tak berdaya dari tahun ke tahun bukan dibuat nikmat. Laki-laki ini memikirkan kepuasaan dirinya tanpa memikirkan kepuasaan istrinya.
Istrinya selalu berdoa supaya suaminya berubah dan bertobat. Tapi, sayang, suami sudah tua dan menjadi seperti “tete tua” karena selalu hidup dengan botol atau minuman setiap hari.
Anak-anaknya pada saat pergi ibadah natal dengan ibu/mama, mereka selalu bertanya, “Mama, kapan bapak ikut ibadah dengan ayah seperti teman-teman lain?”
Istrinya tahu bahwa suami ini sudah ada wanita lain sejak lama, tapi istrinya memilih diam dan persoalan ini bawa dalam doa.
Suaminya kredit uang di bank dan kasih istri sedikit, dan sebagian besar pergi ke bar dan habiskan uang di bar. Suami kehabisan uang di bar, dan telpon istrinya membawa uang sedikit yang dipegang untuk datang bayar di bar. Utang di bar lunas dan istri pulang ke rumah dengan dompet kosong.
Istri beli motor dan suaminya mengambil diam-diam dan pergi jual. Suami dapat uang dari motor istrinya dan uang itu pergi ke bar dan dihabiskan di bar. Istrinya dikasih sedikit sekitar Rp 500.000 atau Rp 1.000.000; dari hasil jual motor istrinya.
Suaminya sering tendang istrinya dalam keadaan hamil anaknya belum waktunya dan anak itu keluar dari rahim ibunya walaupun belum waktu. Suami juga sering lempar piring yang ada nasi ke muka istrinya.
Suaminya pulang dari luar tidur dengan wanita lain, suaminya sampaikan ke istrinya, “saya hanpa pakai satu malam atau satu jam saja tidak lebih.”
Keluarga laki-laki atau laki-laki ini tidak pernah dan belum pernah membayar apapun kepada keluarga perempuan ini. Laki-laki ini menikah istrinya ini free. Tapi, sayang, perempuan ini tidak pernah dihargai dan dihormati oleh suami.
Akhir dari kasus ini, ada pertanyaan untuk para pembaca.
- Apakah suami Anda perilaku seperti ini?
- Apakah Anda seorang laki-laki mempunyai sifat seperti ini?
- Apakah ibu ini harus menjaga dan mempertahankan perkawinan dari gereja walaupu kelakuan suami seperti ini?
- Apa artinya dan tujuan pernikahan di gereja?
- Apa artinya atau tujuan suami dan istri dalam rumah tangga?
- Apakah seorang istri itu tempat pelampiasan nafsu laki-laki seperti contoh sangat buruk seperti ini?
Suami adalah anugerah Tuhan buat istri. Istri adalah anugerah Tuhan untuk suami. Suami bertanggungjawab melindungi, memelihara, merawat, menghidupi dan mengembangkan talenta dan karunia istri. Suami harus mendukung istri untuk mendapat pendiidikan yang layak.
Istri bukan budak suami. Istri bukan pembantu suami. Istri bukan pesuruh suami. Istri adalah teman hidup supaya yang diberikan oleh Tuhan dan juga dari keluarga perempuan. Jagalah istri seperti yang pernah dijaga dan dipelihara serta dibesarkan dengan penuh kasih sayang yang tulus oleh kedua orang tuanya.
“TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadi penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18).
Penulis: Pemerhati sosial dan pekerja kemanusiaan dan kesetaraan. Selasa, 21 September 2021