“SAYA MEMANG ANAK DARI KAMPUNG TAPI SAYA BUKAN ANAK KAMPUNGAN.
Saya memang anak dari honai tanpa ventilasi tapi hati dan pikiran saya ada jendela sinar kasih dan cahaya kebenaran.
Saya memang anak petani tapi saya sudah belajar bagaimana orang bertani dengan setia dan tekun untuk kelangsungan hidup kekuarga.
Saya tahu saya datang dari rakyat dan bangsa yang tertindas, tapi saya tidak menjadi bagian dari penindas.
Saya datang dari orang tua yang buta huruf tapi saya membawa nasihat dan hikmat mereka. Saya hari ini adalah doa dan harapan mereka. Saya adalah hidup kedua orang tua saya.
Saya rela digantung demi rakyat dan bangsa West Papua. Saya selalu berdiri disisi rakyat dan bangsa West Papua yang sedang diduduki dan dijajah dan ditindas oleh kolonial moderen Indonesia.
Saya berdiri bersama mereka yang sedang dimusnahkan dari tanah leluhur mereka.
Saya hanya sahabat mereka yang tak berdaya untuk membela dignity (martabat) dan kehormatan mereka sendiri.
Usia saya, waktu saya, ilmu saya hanya untuk bangsa saya yang tertindas dan terabaikan selama 58 tahun sejak 1 Mei 1963. Saya tidak hadir di sisi mereka, tapi saya bersuara dari tempat saya, karena saya percaya TUHAN memelihara mereka dan saya melalui kuasa Roh Kudus. Seperti TUHAN Yesus berkata kepada kita semua: “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Matius 28:20b).
Akhir kata, kami masih hidup dan masih ada di atas tanah leluhur kami di West Papua”.
( Dr. Socratez S. Yoman, MA, Ita Wakhu Purom, 13 Februari 2021).