Refleksi Hari Injil 166 Tahun 5 Februari 1855-2021
TEMA : DI PAPUA ADA DUA INJIL, YAITU: INJIL MANUSIA & INJIL YESUS KRISTUS
Oleh Gembala Dr. Socratez Yoman,MA
Injil manusia itu selalu menghibur diri dengan ayat-ayat Alkitab di mimbar-mimbar manusia tanpa menghadirkan Injil yang sesungguhnya dalam dunia realitas. Injil sudah ada di Papua selama 166 tahun sejak 5 Februari 1855-2021. Kalau begitu, apakah Tuhan Allah itu ada atau melawat orang asli Papua mulai 5 Februari 1855? Kalau demikian, sebelum tanggal 5 Februari 1855, Tuhan Allah ada dimana? Leluhur orang asli Papua tinggal tanpa Tuhan dan siapa yang memelihara dan memberkati mereka?
Maaf, refleksi ini, tidak bermaksud untuk mengurangi rasa hormat dan terima kasih kepada para misionaris asing, termasuk
Sejarah Pekabaran Injil di Tanah Papua dimulai tepat pada tanggal 5 Februari 1855 melalui dua misionaris asal Jerman, yakni Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler di Pulau Mansinam, Manokwari.
Selama ini, kita salah mengerti dan salah berteologi, bahwa Injil dibawa oleh para mosionaris asing. Kalau demikian, apakah Tuhan Allah selalu berpindah-pindah tempat dari satu negara ke negara yang lain? Kalau Allah itu selalu berpindah-pindah tempat, apakah orang asli Papua hidup tanpa Allah sebelum tanggal 5 Februari 1855, karena Allah masih mengunjungi di negara atau benua lain atau Allah belum diantar oleh orang-orang asing?
Selama ini, kita mengkultuskan para misionaris asing seperti orang-orang yang dekat dengan Tuhan dan sebaliknya orang-orang asli Papua adalah orang-orang hidup tanpa Tuhan. Kalau teologinya seperti itu, apakah orang-orang asli Papua tidak ada kehidupan dan belum ada Tuhan bersama OAP sebelum para misionaris asing datang ke Papua?
Dalam suku Lani, suku dimana penulis berasal, lahir dan besar, leluhur dan nenek moyang dan orang tua penulis mempunyai keyakinan iman bahwa Tuhan hidup kekal dan benar serta berkuasa itu hidup bersama-sama dengan mereka. Ada keyakinan yang dipercayai dengan sebutan: “NABELAN KABELAN”, artinya ada hidup kekal setelah kematian.
Penulis ingin kemukakan dalam refleksi ini adalah Tuhan Allah tidak dibawa oleh para misionaris. Tuhan Allah tidak pernah berpindah-pindah. Allah itu Roh yang berkuasa. Tetapi, peran dan tugas misionaris asing ialah datang menyatakan bahwa Allah itu bersama-sama dengan orang asli Papua sejak permulaan dunia diciptakan. Para misionaris asing itu menyatakan Injil bukan membawa Allah.
Kalau begitu, apa itu Injil? Kata Injil berasal dari bahasa Yunani, yaitu euanggalion. Jadi, “eu” berarti Indah. Sedangkan “anggelion” berarti Berita. Euanggalion mengandung arti Berita Indah.
Karena itu, dalam empat Kitab Suci, yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes diwarnai sebutan Injil sebagai kabar baik, kabar sukacita, kabar keselamatan, kabar gembira, kabar kebebasan, kabar pengampunan, berita indah tentang pengharapan dan kepastian jaminan hidup kekal dalam Yesus Kristus
Kalau begitu, apa itu Injil? Jawabannya ditegaskan oleh rasul Paulus, yaitu Injil Kabar Indah tentang Yesus Kristus, yaitu Kelahiran-Nya, Kematian-Nya, dan Kebangkitan-Nya.
“Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus, Tuhan kita.” (Roma 1:1-4).
Karane itu, rasul Paulus menyatakan iman dan posisinya dengan tegas tanpa ragu-ragu dan bimbang: “…aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah, yang menyelamatkan….dan menyatakan kebenaran Allah….” (Roma 1:16-17).
Rasul Paulus memberikan keyakinan kepada kita semua, bahwa Injil adalah kekuatan Allah, Injil tentang kuasa kelahiran Yesus Kristus, kuasa kematian-Nya dan kuasa kebangkitan-Nya tidak dapat dibelenggu dengan kekuatan dan kuasa apapun. “Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu.” ( 2 Timotius 2:9).
Ada kuasa Injil yang dialami rasul Paulus dan Silas dalam penjara. Rantai besi tidak berkuasa lagi. Pintu-pintu penjara yang berkualitas tinggi buatan tangan manusia tidak berdaya lagi. Tuhan berdaulat dan berkuasa atas segala sesuatu dan semuanya dalam kendali-Nya.
“Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat. Tetapi kira-kita tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi dipenjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.” (Kisah Para Rasul 16:24-26).
Saudara-saudara, terutama orang asli Papua, kita semua dengan bangga dan sukacita besar dapat memuji dan muliakan nama Tuhan Yesus Kristus dalam memperinganti Injil di Tanah Papua 166 Tahun sejak 5 Februari 1855-2021.
Pertanyaan dalam refleksi ini ialah Injil apa yang sudah berusia 166 tahun di Tanah Papua? Apakah Injil manusia atau Injil Yesus yang dipercayai rasul Paulus dan dua misionaris asing yang hadir di Mansinam pada 5 Februari 1855?
Rasul Paulus telah membuktikan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, Injil yang menyatakan kebenaran Allah, Injil yang membebaskan, Injil yang mendamaikan. Injil yang melepaskan rantai-rantai penjara dan rantai-rantai yang membelenggu kaki rasul Paulus dan Silas.
Sangat paradoks, Injil yang dikhotbahkan atau dipeluk para gembala dan pendeta dan pastor disetiap mimbar-mimbar gereja di seluruh Tanah Papua. Injil yang disampaikan selama 166 tahun sejak 5 Februari 1855 adalah Injil manusia bukan Injil Tuhan Yesus Kristus. Injil manusia yang selalu memuji dan memuliakan manusia dengan mengatakan pemerintah adalah hamba Allah (wakil Allah), mendoakan pemerintah Indonesia dari pusat sampai pedesaan, otonomi khusus adalah berkat Tuhan. Inilah wajah-wajah dari Injil manusia yang kabur dan menyesatkan umat Tuhan.
Injil sudah 166 tahun, tetapi mengapa umat Tuhan masih ditangkap, disiksa, dipenjarakan, dilecehkan, ditembak mati dengan mitos-mitos penguasa Iblis yang merendahkan martabat kemanusiaan umat Tuhan? Mengapa mitos separatis, makar, opm dan kkb itu lebih berkuasa daripada Injil? Mengapa ada ujaran rasisme terus bertumbuh subur? Mengapa masih ada operasi militer di Nduga, Intan Jaya dan Puncak?
Seharusnya Injil Yesus Kristus yang hidup dan berkuasa harus menentang ketidakadilan dan kekerasan Negara dari mimbar-mimbar suci tanpa gentar dan takut. Injil Yesus Kristus hadir dalam dunia realitas untuk melawan kuasa Iblis, kuasa dosa, kuasa para penguasa Indonesia yang menindas dan membantai umat Tuhan di atas Tanah ini. Kuasa Injil harus menghentikan operasi militer di Nduga, di Intan Jaya dan Puncak.
Injil Yesus Kristus harus berbicara dua dimensi kepentingan, yaitu dimensi rohani dan dimensi jasmani. Injil Yesus Kristus melihat manusia secara holistik (utuh), yaitu kebutuhan rohani dan juga kebutuhan jasmani. Tuhan hadir sebagai Roh dalam hidup manusia. Yesus Kristus menjamin itu.” …ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Matius 28:20b).
Injil manusia telah gagal dalam melihat dunia realitas, karena Injil manusia tidak melihat manusia dalam dunia realitas tidak dengan utuh. Injil manusia lebih membawa Tuhan terpisah dengan manusia.
Injil Yesus Kristus harus menyentuh seluruh dimensi dan aspek kehidupan setiap umat manusia. Kita jangan asingkan atau jauhkan Injil Yesus Kristus tentang Kelahiran-Nya, Kematian-Nya dan Kebangkitan-Nya dari realitas keberadaan, pergumulan dan kehidupan orang asli Papua. Allah selalu hadir dan bersama-sama setiap umat Tuhan.
Apakah dalam memperinganti hari Injil ke-166 Tahun pada 5 Februari 2021 dari mimbar suci ada yang bersuara tegas menyatakan bahwa dengan kuasa Injil, saya minta pemerintah Indonesia segera menghentikan operasi militer di Nduga, Intan Jaya, Puncak, dan hentikan mitos-mitos separatis, makar, opm dan kkb?
Apakah ada dari mimbar suci sampaikan kepada pemerintah Indonesia untuk selesaikan pelanggaran berat HAM di Papia dan menghentikan ujaran rasime dan menghentikan pemekaran provinsi-provinsi boneka tanpa penduduk yang memadai?
Gereja tidak boleh penjarakan umat Tuhan dalam penjara ketakutan. Gereja harus hadir menghadirkan Kerajaan Allah dalam dunia realitas untuk umat Tuhan menikmati kemerdekaan rohani dan juga politik. Gereja harus menyatakan apa yamg sesungguhnya, supaya kuasa Injil Yesus Kristus benar-benar memerdekakan dengan kuasa kebenaran Allah. “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:32).
Ingatlah perkatan Tuhan Yesus Kristus. “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainyai dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10).
Tuhan Yesus benar-benar menggambarkan watak penguasa Indonesia dalam konteks Papua sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang. Penguasa Indonesia berwatak pencuri, pembunuh, pembinasa orang asli Papua dan perampok sumber daya alam dan juga tanah milik umat Tuhan.
Jadi, pada saat peringanti hari Injil ke-166 pada 5 Februari 2021 dari mimbar-mimbar suci HARUS menentang perilaku penguasa yang jahat dan kejam ini, bukan sebaliknya. Tuhan Yesus Kristus memelihara, melindungi, dan memberkati orang-orang yang berkata benar dan jujur untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus dan untuk kehormatan martabat kemanusiaan.
Selamat Merayakan Hari Injil ke-166 pada 5 Februari 1855-5 Februari 2021.
Ita Wakhu Purom, Sabtu, 6 Februari 2021
Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
Pendiri, Pengurus dan Anggota Dewan Gereja Papua (WPCC).
Kontak person: 08124888458
=====================