Refleksi Rohani Minggu, 28 Maret 2021
TEMA: SESUNGGUHNYA TNI/POLRI BERWATAK TERORIS DI TANAH PAPUA
Oleh Gembala Dr. Socratez Yoman,MA
Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya dan kepada kita sebagai orang-orang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus saat ini, bahwa:
“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala hal” (Yohanes 10:10).
Tuhan Yesus menyampaikan ini dalam dua dimensi, yaitu dimensi rohani dan dimensi jasmani.
- Dimensi Rohani: Mereka Mempunyai Hidup.
Dalam dimensi rohani, Iblis atau Setan disebutkan pencuri datang untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan orang-orang kudus, orang-orang saleh, orang-orang benar dan orang-orang beriman.
Tiga kata: “Mereka Mempunyai Hidup” ini dalam konteks rohani. Tuhan Yesus Kristus datang, supaya kita mempunyai hidup. Hidup yang berpengharapan dan ada kepastian jaminan hidup kekal dalam Tuhan Yesus Kristus. Karena, ” Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” ( Yohanes 1:4-5).
“…setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal… Setiap orang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. .. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum;..” ( Yohanes 3:15, 16c, 18).
Yesus Kristus meyakinkan kita semua, bahwa: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, Ia akan hidup walaupun ia sudah mati dan setiap orang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” (Yohanes 11:25).
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita memberikan jaminan dan kepastian untuk mempunyai hidup kekal dan memiliki jalan yang pasti. “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6).
Anda dan saya telah memiliki pengharapan hidup kekal dan kepastian keselamatan dan jalan yang benar dalam Tuhan Yesus Kristus. Karena itu, Anda jangan takut, jangan ragu-ragu, jangan bimbang, karena Anda dan saya tidak akan tersesat, tidak akan hilang dan tidak akan kecewa.
- Dimensi jasmani: Mereka mempunyainya dalam segala hal
Apa artinya perkataan Yesus Kristus, “mereka mempunyainya dalam segala hal?”
Jawabannya, kita semua mempunyai ilmu pengetahuan, kepintaran, kecerdasan, hikmat, ketrampilan, talenta, karunia, nafas hidup, suara yang merdu, kedudukan, pangkat, jabatan, istri, suami dan anak-anak dan cucu, kesehatan, kekuatan, kegembiraan, kesukaan, kebahagiaan, persaudaraan, perkawanan, pertemanan. Kita mempunyai TANAH dan di dalamnya ada air, emas, urainium, perak, minyak, gas, rotan, pohon, ikan, udang dan masih banyak lagi. Kita mempunyai dalam segala hal yang disediakan Tuhan bagi kita semua.
Dalam konteks orang asli Papua, sebelum Indonesia menduduki, menjajah dan menindas orang asli Papua sejak 1 Mei 1963, di atas TANAH Papua ini, orang-orang asli Papua hidup berdaulat dan merdeka dan hidup damai dengan mempunyai dalam segala hal.
Tetapi, semua yang dimiliki itu telah beralih tangan bangsa kolonial Indonesia sebagai pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan. Pencuri dan pembunuh dan pembinasa ini hadir dengan kekejaman yang berwatak teroris dan rasis.
Pastor Frans Leishout,OFM melayani di Papua selama 56 tahun sejak tiba di Papua pada 18 April 1969 dan kembali ke Belanda pada 28 Oktober 2019. Pastor Frans dalam surat kabar Belanda De Volkskrant ( Koran Rakyat) diterbitkan pada 10 Januari 2020, menyampaikan pengalamannya di Tanah Papua.
” Saya sempat ikut salah satu penerbangan KLM yang terakhir ke Hollandia, dan pada tanggal 1 Mei 1963 datanglah orang Indonesia. Mereka menimbulkan kesan segerombolan perampok. Tentara yang telah diutus merupakan kelompok yang cukup mengerikan. Seolah-olah di Jakarta mereka begitu saja dipungut dari pinggir jalan. Mungkin benar-benar demikian.”
“Saat itu saya sendiri melihat amukan mereka. Menjarah barang-barang bukan hanya di toko-toko, tetapi juga di rumah-rumah sakit. Macam-macam barang diambil dan dikirim dengan kapal itu ke Jakarta. Di mana-mana ada kayu api unggun: buku-buku dan dokumen-dokumen arsip Belanda di bakar.” (Gembala Dan Guru Bagi Papua, 2020: hal. 593).
Dalam konteks Papua, Penguasa Indonesia, TNI-Polri sebagai teroris dan berwatak rasis ini telah memproduksi mitos-mitos sesuka hati dan selera yang sangat merendahkan martabat kekanusiaan kami, orang asli Papua, seperti: GPK, GPL, OPM, Separatis, dan KKB. Dan sekarang seenak perut mau menempatkan kami orang Papua, terutama wadah perjuangan keadilan dan perdamaian serta hak politik penentuan nasib sendiri OPM yang sudah melahirkan wadah politik resmi ULMWP mau dikategorikan perjuangan teroris.
Jadi, siapa sebenarnya teroris itu? Teroris sesungguhnya ialah penguasa Indonesia, TNI-Polri yang membunuh atau membanyai orang asli Papua pemilik TANAH Pusaka Papua. Perilaku teroris ini menembak mati para pendeta.
Pendeta Elisa Tabuni di Puncak Jaya (2004) ditembak mati oleh teroris TNI. Pendeta Girimin Narigi di Nduga (2018) ditembak mati oleh teroris TNI. Pendeta Yeremia Zanambami di Intan Jaya (2019) ditembak mati oleh teroris TNI. 4 orang siswa di Paniai 8 Desember 2014 ditembak mati oleh teroris TNI. Operasi di Nduga, Intan Jaya dan Puncak, bahkan diseluruh TANAH Papua dilakukan oleh teroris TNI/Polri.
Saudara-saudara, orang-orang kudus dan imamat rajani, mari, kita berdoa supaya para teroris TNI-Polri ini kembali ke jalan yang benar karena mereka telah kehilangan martabat kemanusiaan mereka. Kita harus tolong mereka karena mereka sudah tersesat dari jalan yang lurus dan benar.
Mari, kita berdoa supaya di TANAH ini harus nyata kuasa TUHAN, yaitu:
- Cucuran air mata, tetesan darah, dan penderitaan orang asli Papua sejak 1 Mei 1963 sampai saat ini, TUHAN mengubahnya menjadi harapan, sukacita, damai sejahtera dan kemenangan serta kebebasan bagi rakyat dan bangsa Papua.
- Cucuran air mata, tetesan darah dan penderitaan orang asli Papua sejak 1 Mei 1963 sampai saat ini, dipakai TUHAN untuk sadarkan para teroris TNI-Polri supaya mereka bertobat dan menjadi manusia-manusia normal dan menghormati martabat kemanusiaan.
- Cucuran air mata, tetesan darah dan penderitaan orang asli Papua sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang ini, TUHAN mengubahnya api belerang, kutuk, murka, malapetaka dan bencana bagi para pelaku kejahatan selama ini.
Doa dan harapan penulis, refleksi pendek ini menjadi berkat. Waa…Waa…Wa….
Ita Wakhu Purom, 28 Maret 2021
Penulis:
- Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua (PGBWP).
- Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
- Amggota: Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC).
- Anggota Baptist World Alliance (BWA).